Senin, 18 Februari 2008


Primordialisme di era sekarang ini merupakan suatu kemunduran dari pola pikir manusia. Karena dengan adanya modernitas yang berwujud dengan kemajuan teknologi dan pemikiran, primordialisme merupakan batasan bagi manusia untuk mengembangkan dirinya. Primordialisme terbentuk dari lingkungan pertama ketika manusia lahir dan berkembang. Tetapi proses pencarian diri seringkali terhambat oleh aspek tersebut. Yang seringkali juga disebut sebagai intervensi lingkungan, yang kemudian berujung pada stagnasi ideologi. Hal tersebut juga yang kemudian melahirkan manusia-manusia yang kurang mampu untuk bersaing dengan dirinya sendiri.


Cenderungnya manusia mengikuti primordialisme sistem, sebenarnya membuat lemahnya sistem yang berlaku tersebut. Pemahaman salah kaprah oleh main stream sekarang yang menganggap semakin banyak penganut sistem yang berlaku membuat kuatnya sistem tersebut. Hal itu dikarenakan tidak adanya relevansi sistem dengan keadaan yang berlaku. Sehingga menjadikan efisiensi dari sistem tersebut berkurang. Kecuali dengan adanya ide baru yang relevan dengan perkembangan zaman yang menghasilkan perubahan sistem maka akan ada rekonstruksi dalam cara berpikir manusia.


Kalau kita bicara tentang sejarah manusia, kita harus berbicara tentang perubahan sistem yang berlaku di dunia ini. Kita berbicara saja tentang sistem selama 1400 tahun yang lalu. Yang ketika 1400 tahun yang lalu ada perubahan sistem yang dibawa oleh seorang pembawa risalah yang menjadikan penguasa semesta alam menjadi satu-satunya pengatur, penguasa dan yang ditaati. Kemudian setelah itu sistem yang berlaku adalah sistem kerajaan yang menjadikan raja yang dimitoskan sebagai keturunan dewa menjadi satu-satunya pengatur, penguasa dan yang ditaati. Kemudian karena ketidak puasan rakyat, dan tidak percayanya lagi rakyat kepada raja maka muncullah sistem yang menjadikan bangsawan-bangsawan sebagai suatu kekuasaan. Karena timbulnya ketidakpercayaan rakyat kepada kaum bangsawan lagi maka muncullah sistem yang berasaskan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang jadi pertanyaan adalah bagaimanakah jika suatu keadaan memaksa rakyat sudah tidak percaya lagi kepada wakil rakyat yang mereka tunjuk. Yang sebenarnya bisa dikatakan rakyat tidak percaya lagi dengan rakyat. Apakah yang akan terjadi?

Pendekar cupu lereng menoreh ^

Sabtu, 16 Februari 2008

Filsafat jalan???


Pagi yang indah bersama datangnya mentari, yang terus menerangi bumi kita ini. Kali ini aku pergi untuk menempa diri, mencoba untuk berfikir layaknya profesor ataupun seorang ahli filsafat. Kurang kerjaan kali ya? He2..kali ini aku berfikir tentang teologi dalam sebuah peradaban. Teologi merupakan produk sebuah peradaban. Dan ketika peradaban berubah maka akan timbul teologi yang baru. Yang jadi pertanyaan adalah apakah teologi menciptakan sebuah sistem, karena sebuah peradaban merupakan pencipta sistem yang baru. Sistem yang berkaitan dengan segala hal yang ada di dunia. Tentang sistem ideologi, politik, ekonomi bahkan sampai dengan sistem peradilan.

Teologi modern merupakan sebuah teologi yang pluralisme. Sebuah keyakinan akan kebebasan manusia berfikir tentang tuhannya. Satu hal yang harus kita cermati adalah pemikiran mengenai tuhan bukan pemikiran yang meniadakan tuhan. Sebuah keyakinan yang menjadikan manusia befikir tanpa adanya konfrontasi dogmatis yang membatasi pemikiran manusia. Dan pemikiran tersebut tidak mempengaruhi estetika hidup manusia yang berdampingan dengan tenang.

Sebuah peradaban memunculkan teologi menurut kultur darimana peradaban itu muncul. Teologi itu seringkali muncul berdasarkan mitologi-mitologi kuno yang diperbaharui dengan seorang pelopor perubahan peradaban yang membawa sebuah sistem baru. Pelopor perubahan tersebut seringkali kita sebut pembawa risalah. Kenapa kita bisa menyimpulkan seperti itu, karena dalam sejarah tidak ada seorangpun yang bisa menmbuat peradaban yang baru dengan sistem dan ideologi yang baru selain seorang pembawa risalah.

Teologi modern yang pluralistik itu juga sering diartikan secara salah kaprah oleh main stream sebuah kepercayaan. Karena adanya konfrontasi dogmatis yang membatasi munculnya pemikiran baru. Padahal jika kita melihat sejarah, maka akan timbul sebuah opini yang mengatakan bahwa ketika timbul sebuah konfrontasi dogmatis maka akan timbul stagnasi ideologi. Dan akan timbul teologi baru yang mungkin menimbulkan sedikit kontroversi. Dan ketika muncul hal-hal tersebut mengindikasikan akan timbul peradaban baru. Yaitu teologi modern yang mengedepankan ideologi rasional yang mengedepankan rasionalitas dalam memandang kehidupan.

Yang jadi pertanyaan besar apakah di negeri kita tercinta ini, yang muncul berbagai macam teologi yang baru dan ideologi rasional. Apakah di negeri kita ini akan menjadi tempat munculnya peradaban baru dan sistem baru yang akan mengubah dunia.

Pendekar cupu lereng menoreh ^_^